KEISTIMEWAAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH
Kalau ditanya,
apa keistimewaan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJ)? Jawabnya banyak. Semua detil
yang ada di MAJ menurut saya istimewa dibanding bangunan masjid yang ada di Indonesia ,
bahkan dunia sekalipun. Luas areal tanahnya saja spektakuler : 10 Hektare. Luas
Bangunan Induk atau Bangunan Utama untuk Shalat : 7.669m2 . Bangunan
Utama terdiri dua lantai, lantai satu untuk jamaah pria, lantai dua untuk
jamaah perempuan. Kapasitas ruang utama diperkirakan bisa menampung 6.000 orang
jamaah. Di dalam bangunan induk dilengkapi dengan empat buah Minaret
masing-masing tingginya 62 meter. Salah satu Minaret dilengkapi dengan lift
yaitu Minaret bagian Depan (Timur) Kanan. Kubah utama berbentuk setengah
lingkaran dari cor beton dengan garis tengah 20 meter.
Filosofi
perancangan Masjid Agung Jawa Tengah merupakan perwujudan dan kesinambungan
historis perkembangan agama Islam di Tanah Air. Filosofi ini diterjemahkan
dalam Candrasengkala yang dirangkai dalam kalimat “Sucining Guna
Gapuraning Gusti” yang berarti Tahun Jawa 1943 atau Tahun Masehi 2001
adalah tahun dimulainya realisasi dari gagasan pembangunan Masjid Agung Jawa
Tengah. Candrasengkala ini terwujud menjadi ekspresi jatidiri Masjid Agung yang
megah dan indah, perpaduan unsur budaya universal maupun lokal dalam kebudayaan
Islam.
Berikutnya, kita
memasuki plasa Masjid. Pada plasa ini terdapat Banner yang dinamakan Gerbang
Al-Qanathir yang artinya “Megah dan Bernilai”. Tiang pada Gerbang
Al-Qanathir ini berjumlah 25 buah merupakan simbolisasi dari 25 rosul Allah
sebagai pembimbing umat. Pada Banner Gerbang ini bertuliskan kaligrafi
kalimat Syahadat Tauhid “Asyhadu Alla Illa Ha Illallah´ dan Syahadat
Rasul “Asyhadu anna Muhammadar Rosulullah”. Sedang pada bidang datar
tertulis huruf pegon berbunyi “Sucining Guna Gapuraning Gusti”.
Plasa masjid
seluas 7500 meter persegi ini merupakan perluasan ruang sholat yang dapat
menampung kurang lebih 10.000 jamaah. Dilengkapi dengan 6 payung raksasa yang
bisa membuka dan menutup secara otomatis seperti yang ada di masjid Nabawi di
Madinah. Konon di dunia hanya ada dua masjid yang dilengkapi dengan payung
elektrik semacam ini. Tinggi tiang payung elektrik masing-masing 20 meter
sedangkan bentangan (jari-jari) masing-masing 14 meter.
Di dalam ruang
utama Masjid Agung Jawa Tengah terdapat Al-Qur’an Raksasa (Mushaf Al-Akbar)
karya Santri Pondok Pesantren Al-Asy’ariyyah Kalibeber, Mojotengah, Wonosobo
(Pendiri : KH. Muntaha AlHafidz). Disebut Mushaf Al-Akbar karena ukuran yang
besar yaitu 145 cm x 95 cm. Alquran tersebut kini diletakkan di Museum Sejarah
Islam di lantai dua Menara Al-Husna Kompleks Masjid Agung Jawa Tengah.
Di dalam Masjid
bagian Timur Utara juga terdapat Bedug Raksasa Karya KH. Ahmad Shobri,
Tinggarjaya, Jatilawang, Purwokerto Banyumas. Bedug bernama “BEDUG IJO”
Mangunsari dibuat pada 20 Sya’ban 1424 H. Panjangnya 310 cm. Garis Tengah
Depan/Belakang 186 cm. Garis tengah bagian Tengah 220 cm Keliling
depan/belakang 588 cm. Keliling Tengah 683 cm. Jumlah paku 156 buah. Yang
istimewa, kata Kiai Shobri, Dukuh tempat dibuatnya bedug namanya Mangunsari
dari Bahasa Arab Maun Syaar artinya pertolongan dari kejelekan. Terbuat dari
Kayu Waru pilihan dan kata orang pohon yang angker. Pembuatnya harus selalu
dalam keadaan wudlu dan puasa. Kiai Shobri juga membuat Kentongan Ijo yang
diletakkan bersebelahan dengan Bedug Ijo.
Di bawah
bangunan utama terdapat tempat wudlu pria/wanita. Terdapat 93 kran wudlu pria
dan 56 kran wudlu wanita. Di tempat wudlu sayap kanan terdapat 50 buah kran
wudlu sedang di tempat wudlu sayap kiri terdapat 14 buah. Di bawah bangunan
utama juga terdapat Ruang Perkantoran Badan Pengelola, Gedung Serbaguna dan
Ruang VIP yang akses langsung ke ruang Imam.
Bangunan sayap
kanan adalah Convention Hall (auditorium) yang mampu menampung 2.000 orang.
Sedang bangunan sayap kiri adalah Perpustakaan yang nantinya didesain menjadi
perpustakaan modern “Digital Library”dan Office Space ruang
perkantoran yang disewakan, Di bawah Plasa Masjid Agung Jawa Tengah adalah
tempat parkir yang mampu menampung 680 mobil dan 670 sepeda motor.
Masjid Agung
Jawa Tengah juga dilengkapi dengan Wisma Penginapan GRAHA AGUNG dengan
kapasitas 23 kamar berbagai kelas. Para
peziarah atau pengunjung yang ingin bermalam bisa memanfaatkan fasilitas
tersebut dengan harga yang sangat murah. Wisma penginapan ini terletak di
bagian Timur utara Masjid.
Daya tarik
lainnya yaitu Menara AL-HUSNA (Al-Husna Tower ).
Tingginya 99 meter ittibak pada angka Al-Asmaul Husna. Bagian dasar menara
terdapat Studio Radio DAIS (Dakwah Islam). Lantai 2 dan 3 untuk Museum Kebudayaan
Islam. Di lantai 18 terdapat kafe muslim yang bisa berputar 360 derajat. Sambil
menikmati hidangan dan lagu-lagu Islami, di kafe ini bisa menikmati indahnya kota Semarang .
Lantai 19 untuk menara pandang. Dilengkapi dengan 5 teropong yang bisa melihat
pemandangan Kota Semarang. Pada awal Ramadhan 1427 H, untuk kali pertama
dipakai Rukyatul Hilal dari Tim Rukyah
Jawa Tengah menggunakan teropong canggih dari BOSCA.
Yang
menginginkan wisata kuliner, di bagian selatan MAJT (Blok C) dan di bagian
depan/timur masjid (Blok A dan B) terdapat PUJASERA yang menyediakan aneka
hidangan.
Berbagai
aktivitas spiritual di Masjid Agung Jawa Tengah yang bias diikuti umat Islam
yaitu SEMAAN ALQURAN tiap Jumat pukul 11.00-11.45. PENGAJIAN AHAD PAGI tiap
hari Minggu pukul 07.00-08.00. PENGAJIAN IBU-IBU (PIMA-JT) Tiap Jumat Wage
pukul 13.00-15.00. PENGAJIAN REMAJA (RISMA-JT) tiap Malam Minggu Wage pukul
20.00-22.00 bersama HABIB UMAR MUTHOHAR SH. Mujahadah ASMAUL HUSNA Tiap Kamis
malam pukul 23.00-00.30 bersama Drs KH Amdjad Al-Hafidz. KAJIAN FIQIH tiap
Minggu pukul 18.00-19.00. KAJIAN TAFSIR ALQURAN tiap Rabu pukul 19.00-19.00.
KAJIAN HADIST Tiap Kamis pukul 18.00-19.00. SENI BACA ALQURAN (TILAWATIL QURAN)
Tiap Kamis 19.30-20.30. KAJIAN TASAWUF Tiap Jumat pukul 18.00-19.00.
Untuk pelayanan
kesehatan kepada jamaah, Masjid Agung Jawa Tengah mempunyai Poliklinik dua poly
yaitu Poly Umum dan Poly Gigi.
Masjid Agung Jawa Tengah mempunyai empat imam
masing-masing Hafidz (hapal) Alqur’an 30 juz. Mereka tidak hanya hapal tetapi
ketika melantunkan ayat AlQur’an saat Shalat Maghrib, Isya dan Shubuh juga
tarawih harus dengan lagu seperti di Masjidil Haram. Mereka adalah KH. Ulil
Abshor AlHafidz dari Jepara, KH. Zaenuri Ahmad AlHafidz dari Salatiga, KH.
Ahmad Thoha dari Pekalongan dan KH. Muhaimin AlHafidz. Sedang Muadzin yaitu
Mohammad Rokhani, Muhammadun Zen dan Muhammad Yusuf.
Komentar
Posting Komentar